Berlangsung diruang rapat DISPERINDAGKOP Provinsi Kalimantan Barat pada Rabu (12/12/2018) dimulai dengan penjelasan dari Perusahaan yang hadir, mereka menjelaskan kenapa Harga kelapa/kopera bisa turun:
- Turunnya Harga minyak kelapa Global yang ditentukan oleh Belanda.
- India dan beberapa negara Asia produsen minyak kelapa mulai kembali menguasai pasar dengan Jalur pemasaran lebih dekat dan murah.
- Adanya Pajak yang dikenakan pemerintah kepada perusahaan sehingga dengan terpaksa perusahaan memotong dari harga beli kelapa/ kopera masyarakat.
- Untuk Faktor menurunnya harga Kelapa Bulat Karena diawal, yang banyak mengambil kelapa bulat adalah Tiongkok dengan harga yang tinggi, kemudian Tiongkok sudah tidak ngambil kembali, beberapa perusahaan merasa terbebani, karena tidak banyak perusahaan yang mengambil Kelapa Bulat.
Mereka menjanjikan dalam waktu dekat akan melakukan Inventarisir data untuk dilaporkan kepada Gubernur Kalimantan Barat, tapi sayangnya ketika diminta kepastian kapan bisa terealisasi mereka belum bisa memastikan.
Kekecewaan juga dilontarkan para pengusaha karena mereka khawatir jika semakin lama tidak diambil kebijakan salah satunya 'Pajak" maka banyak perusahaan akan berhenti produksi dan masyarakat kembali yang akan di rugikan.
Hal ini juga yang menjadi kekhawatiran Mahasiswa dan Aliansi Anak Petani Kelapa, jika Pemerintah tidak menyikapi serius dengan memberikan kebijakan jangka pendek dalam waktu sesegera mungkin maka dampak turunnya harga kelapa akan mempengaruhi Masyarakat (Petani kelapa) dan Perusahaan, imbasnya Roda perekonomian yang menunjang kehidupan ditengah Masyarakat akan hancur, karena banyak Masyarakat yang kehidupannya masih ditopang dengan Kelapa.
Perjuangan Mahasiswa dan Aliansi Anak Petani Kopera bersama dengan Petani Kopera akan terus mengawal dan melakukan usaha-usaha percepatan kenaikan harga Kelapa dan Kopera.
Sehingga di 2019 Petani Kopera bisa menghirup udara segar naiknya harga Kelapa/Kopera.
(AA)
0 comments:
Post a Comment